Kumpulan contoh Dakwah
Penamaan istilah Ahlus
Sunnah ini sudah ada sejak generasi pertama Islam pada kurun yang dimuliakan
Allah yaitu generasi Shahabat, Tabi’in dan Tabiut Tabi’in.
Ibnu ‘Abbas
Radhiyallahu 'anhu [1] berkata ketika menafsirkan firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala :
" Artinya : Pada
hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang
hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka
dikatakan): ‘Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah
adzab disebabkan kekafiranmu itu." [Ali Imran: 106]
“Adapun orang yang
putih wajahnya mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, adapun orang yang hitam
wajahnya mereka adalah ahlu bid’ah dan sesat.” [2]
Kemudian istilah Ahlus
Sunnah ini diikuti oleh kebanyakan ulama Salaf rahimahullah di antaranya:
[1]. Ayyub as-Sikhtiyani Rahimahullah (wafat th. 131 H), ia berkata, “Apabila aku dikabarkan tentang meninggalnya seorang dari Ahlus Sunnah seolah-olah hilang salah satu anggota tubuhku.”
[1]. Ayyub as-Sikhtiyani Rahimahullah (wafat th. 131 H), ia berkata, “Apabila aku dikabarkan tentang meninggalnya seorang dari Ahlus Sunnah seolah-olah hilang salah satu anggota tubuhku.”
[2]. Sufyan ats-Tsaury Rahimahullah (wafat th. 161 H) berkata: “Aku wasiatkan kalian untuk tetap berpegang kepada Ahlus Sunnah dengan baik, karena mereka adalah al-ghuraba’(orang yang terasing). Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah.” [3]
[3]. Fudhail bin ‘Iyadh Rahimahullah [4] (wafat th. 187 H) berkata: “...Berkata Ahlus Sunnah: Iman itu keyakinan, perkataan dan perbuatan.”
[4]. Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallaam Rahimahullah (hidup th. 157-224 H) berkata dalam muqaddimah kitabnya, al-Imaan [5] : “...Maka sesungguhnya apabila engkau bertanya kepadaku tentang iman, perselisihan umat tentang kesempurnaan iman, ber-tambah dan berkurangnya iman dan engkau menyebutkan seolah-olah engkau berkeinginan sekali untuk mengetahui tentang iman menurut Ahlus Sunnah dari yang demikian...”
[5]. Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah [6] (hidup th. 164-241 H), beliau berkata dalam muqaddimah kitabnya, as-Sunnah: “Inilah madzhab Ahlul ‘Ilmi, Ash-habul Atsar dan Ahlus Sunnah, yang mereka dikenal sebagai pengikut Sunnah Rasul j dan para Shahabatnya, dari semenjak zaman para Shahabat Radhiyallahu Ajmai'in hingga pada masa sekarang ini...”
[6]. Imam Ibnu Jarir ath-Thabary Rahimahullah (wafat th. 310 H) berkata: “...Adapun yang benar dari perkataan tentang keyakinan bahwa kaum mukminin akan melihat Allah pada hari kiamat, maka itu merupakan agama yang kami beragama dengannya, dan kami mengetahui bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa ahli Surga akan melihat Allah sesuai dengan berita yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.” [7]
[7]. Imam Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad ath-Thahawy Rahimahullah (hidup th. 239-321 H). Beliau berkata dalam muqaddimah kitab ‘aqidahnya yang masyhur (‘Aqidah Thahawiyah): “...Ini adalah penjelasan tentang ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.”
Dengan penukilan tersebut, maka jelaslah bagi kita bahwa lafazh Ahlus Sunnah sudah dikenal di kalangan Salaf (generasi awal umat ini) dan para ulama sesudahnya. Istilah Ahlus Sunnah merupakan istilah yang mutlak untuk melawan Ahlul Bid’ah. Para ulama Ahlus Sunnah menulis penjelasan tentang ‘aqidah Ahlus Sunnah agar ummat faham tentang ‘aqidah yang benar dan untuk membedakan antara mereka dengan Ahlu Bid’ah. Sebagaimana telah dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Imam al-Barbahary, Imam ath-Thahawy serta yang lainnya.
Dan ini juga sebagai bantahan kepada orang yang berpendapat bahwa istilah Ahlus Sunnah pertama kali dipakai oleh golongan Asy’ariyah, padahal Asy’ariyah timbul pada abad ke-3 dan ke-4 Hijriyyah.[8]
_________
Foote Note
Foote Note
[1]. Beliau adalah seorang Shahabat yang mulia dan
termasuk orang pilihan Radhiyallahu anhuma. Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah
bin ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib al-Hasyimi al-Qurasyi, anak paman Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, penafsir al-Qur-an dan pemuka kaum muslimin di
bidang tafsir. Dia diberi gelar ‘pena’ dan juga ‘laut’, karena luas keilmuannya
dalam bidang tafsir, bahasa dan syair Arab. Beliau dipanggil oleh para Khulafa’
ar-Rasyidin untuk dimintai nasehat dan pertimbangan dalam berbagai perkara.
Beliau Radhiyallahu 'anhuma pernah menjadi wali pada zaman ‘Utsman Radhiyallahu
'anhu tahun 35 H, ikut memerangi kaum Khawarij bersama ‘Ali, cerdas dan kuat
hujjahnya. Menjadi ‘Amir di Bashrah, kemudian tinggal di Thaif hingga meninggal
dunia tahun 68 H. Beliau lahir tiga tahun sebelum hijrah. Lihat al-Ishaabah
(II/330 no. 4781).
[2]. Lihat Tafsiir Ibni Katsiir (I/419, cet. Daarus
Salaam), Syarh Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah (I/79 no. 74).
[3]. Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah
(I/71 no. 49 dan 50).
[4]. Beliau Fudhail bin ‘Iyadh bin Mas’ud at-Tamimy t,
adalah seorang yang terkenal zuhud, berasal dari Khuraasaan dan bermukim di
Makkah, tsiqah, wara’, ‘alim, diambil riwayatnya oleh al-Bukhari dan Muslim.
Lihat Taqriibut Tahdziib (II/15 no. 5448), Tahdziibut Tahdziib (VII/264 no.
540).
[5]. Tahqiq dan takhrij Syaikh al-Albany Rahimahullah
[6]. Beliau Rahimahullah adalah seorang Imam yang luar
biasa dalam kecerdasan, kemuliaan, keimaman, kewara’an, kezuhudan, hafalan,
alim dan faqih. Nama lengkapnya Abu ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal bin Hilal bin
Asad asy-Syaibani, lahir pada tahun 164 H. Seorang Muhaddits utama Ahlus
Sunnah. Pada masa al-Ma’mun beliau dipaksa mengatakan bahwa al-Qur-an adalah
makhluk, sehinga beliau dipukul dan dipenjara, namun beliau menolak
mengatakannya. Beliau tetap mengatakan al-Qur-an adalah Kalamullah, bukan
makhluk. Beliau meninggal di Baghdad. Beliau menulis beberapa kitab dan yang
paling terkenal adalah al-Musnad fil Hadiits (Musnad Imam Ahmad). Lihat Siyar
A’lamin Nubalaa’ (XI/177 no. 78).
[7]. Lihat kitab Shariihus Sunnah oleh Imam
ath-Thabary Rahimahullah'
[8]. Lihat kitab Wasathiyyah Ahlis Sunnah bainal Firaq
karya Dr. Muhammad Baa Karim Muhammad Baa ‘Abdullah (hal. 41-44)
Pada kesempatan ini,
kami coba menghadirkan artikel tentang shalat berjamaah. Ada beberapa
pendapat tentang shalat sendirian di belakang shaf imam :
[1] Shalatnya sah tetapi menyalahi sunnah, baik shaf
yang ada di depannya penuh atau tidak. Inilah yang terkenal dari ketiga imam
madzhab ; Malik, Abu Hanifah, dan Al-Syafi'i, dari riwayat Imam Ahmad bin
Hanbal. Mereka menafsirkan hadits kepada ketidaksempurnaan, bukan ketidaksahan
: "Artinya : Tidak sempurna shalatnya orang sendirian di belakang
shaf".
[2] Shalatnya batal, baik shaf yang di depannya penuh
atau tidak. Dasar hukumnya adalah hadits : "Artinya : Tidak sah shalat
bagi yang sendirian di belakang imam". Juga hadits yang menerangkan bahwa
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah melihat seorang lelaki shalat sendirian
di belakang shaf, lalu ia disuruh agar mengulanginya kembali.
[3] Pendapat moderat ; jika barisan shalat penuh, maka
shalat munfarid di belakang imam boleh dan sah. Inilah pendapat yang dipilih
oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Yakni jika saudara masuk mesjid dan ternyata
barisan shalat telah penuh kanan kirinya, maka tidak ada halangan saudara
shalat sendirian berdasarkan firman Allah berikut. "Artinya : Maka
bertakwalah kepada Allah menurut kesanggupan" [At-Taghaabun : 16]
Jika bukan dalam keadaan
seperti itu, maka saudara bisa menempuh cara berikut ; menarik seorang makmum
dari shaf untuk shalat bersama saudara ; maju ke depan untuk shalat bersama
imam ; sendirian tidak berjama'ah ; atau shalat berjama'ah namun sendirian di
belakang shaf karena tidak mungkin masuk ke shaf yang di depan. Inilah empat
cara yang bisa dilakukan.
Cara kesatu, yaitu
menarik seseorang ke belakang untuk shalat bersama saudara. Cara ini dapat
menimbulkan langkah tiga atau terputus dari shaf bahkan bisa memindahkan seseorang
dari tempat yang utama ke tempat sebaliknya, mengacaukan dan dapat menggerakkan
seluruh shaf karena di sana ada tempat yang kosong yang kemudian diisi oleh
masing-masing dengan cara merapatkan hingga timbul gerakan-gerakan yang tanpa
sebab syara'.
Cara kedua, maju ke
depan untuk shalat bersama imam. Cara ini menimbulkan beberapa kekhawatiran.
Jika saudara maju dan berdiri sejajar dengan imam maka cara ini menyalahi
sunnah, sebab imam harus sendirian di tempatnya agar diikuti oleh yang
dibelakang dan jangan sampai terjadi dua imam. Dalam hal ini tidak bisa diberi
alasan dengan hadits yang menyatakan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
memasuki mesjid dan dijumpainya Abu Bakar tengah shalat berjama'ah lalu beliau
ikut shalat di sebelah kirinya dan menyempurnakan shalatnya, karena hal seperti
itu dalam keadaan darurat, dimana Abu Bakar ketika itu tak punya tempat di shaf
belakang. Akibat lainnya, bila saudara maju ke depan imam, maka dikhawatirkan
akan banyak melangkahi pundak orang, sesuai dengan banyaknya shaf. Cara ini
jelas akan mengganggu orang shalat yang tidak menyenangkan. Di samping itu,
jika setiap yang datang kemudian disuruh ke depan jajaran imam, maka tempat
imam akan menjadi shaf penuh dan hal ini menyalahi sunnah.
Sedangkan cara ketiga,
yaitu saudara meninggalkan berjama'ah dan shalat sendirian, berarti saudara
kehilangan nilai berjama'ah dan nilai barisan shalat. Padahal diketahui bahwa
shalat berjama'ah walau sendirian shafnya adalah lebih baik ketimbang sendirian
tanpa berjama'ah. Hal ini telah dikuatkan oleh berbagai atsar (keterangan
shahabat) dan pandangan yang sehat. Allah sendiri tak akan membebani seseorang
kecuali menurut kesanggupannya.
Maka menurutku pendapat
yang terkuat adalah jika shaf shalat telah penuh lalu seseorang shalat di
belakang shaf dengan berjama'ah adalah lebih baik dan shalatnya sah.
Berikut kami hadirkan artikel tentang keutamaan dzikir ketika keluar rumah
yang kami kutip dari website muslim.or.id. Dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ: “بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ
عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ” قَالَ: « يُقَالُ
حِينَئِذٍ
هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ. فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ
لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِىَ وَكُفِىَ وَوُقِىَ
“Jika seseorang keluar
dari rumahnya lalu membaca (zikir): Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi,
walaa haula wala quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku
berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan-Nya), maka malaikat akan berkata kepadanya: “(sungguh) kamu telah
diberi petunjuk (oleh Allah Ta’ala), dicukupkan (dalam segala
keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan)”, sehingga setan-setanpun tidak
bisa mendekatinya, dan setan yang lain berkata kepada temannya: Bagaimana
(mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi petunjuk,
dicukupkan dan dijaga (oleh Allah Ta’ala)?”[1].
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan orang yang mengucapkan
zikir ini ketika keluar rumah, dan bahwa ini merupakan sebab dia diberi
petunjuk, dicukupkan dan dijaga oleh Allah Ta’ala[2].
- Keutamaan yang
disebutkan dalam hadits ini akan diberikan kepada orang yang mengucapkan zikir ini dengan
benar-benar merealisasikan konsekwensinya, yaitu berserah diri dan bersandar
sepenuhnya kepada Allah Ta’ala[3].
- Syaitan tidak
memiliki kemampuan untuk mencelakakan orang-orang yang benar-benar beriman dan
bersandar sepenuhnya kepada Allah Ta’ala[4], sebagaimana firman-Nya:
{إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ * إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ
وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ}
“Sesungguhnya
syaitan itu tidak memiliki kekuasaan (untuk mencelakakan) orang-orang yang
beriman dan bertawakkal (berserah diri) kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaan
syaitan hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas
orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah” (QS an-Nahl: 99-100).
- Bertawakal (berserah
diri dan bersandar sepenuhnya) kepada Allah Ta’ala merupakan
sebab utama untuk mendapatkan petunjuk dan perlindungan Allah dalam semua
urusan manusia. Allah Ta’ala berfirman,
{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ}
“Dan barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala
keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya”
(QS ath-Thalaaq: 3).
Artinya: Barangsiapa
yang berserah diri dan bersandar sepenuhnya kepada Allah Ta’ala dalam
semua urusan agama dan dunianya, yaitu dengan bersandar kepada-Nya dalam
mengusahakan kebaikan bagi dirinya dan menolak keburukan dari dirinya, serta
yakin dengan kemudahan yang akan diberikan-Nya, maka Allah Ta’ala akan
memudahkan semua urusannya tersebut[5].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد
لله رب العالمين
Abu Hurairah
Radhiallahu’anhu berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda :
“seseorang dari kalian
duduk diatas bara api sehingga terbakar bajunya hingga sampai ke kulitnya lebih
baik baginya dari pada duduk di atas kuburan” (HR Muslim : 2/ 667).
Ketika mengubur mayit,
sebagian orang ada yang tak mengindahkan jalan yang mesti di laluinya, sehingga
di sana-sini menginjak kuburan, bahkan terkadang dengan sepatu atau sandal
mereka, tanpa sedikitpun rasa hormat kapada yang sudah meninggal. Tentang
besarnya persoalan ini, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Berjalan di atas bara
api atau pedang atau menambal sepatu dengan kakiku sendiri, lebih aku sukai
daripada aku berjalan di atas kuburan seorang muslim” (HR Ibnu Majah: 1/499
dalam Shahihul Jami’ : 5038).
Lalu, bagaimana dengan
orang yang menguasai tanah kuburan, kemudian di atasnya di bangun pusat
parbelanjaan atau perumahan elit? Na’udzubilah.
Sebagian orang yang
tidak memiliki I’tikad baik apa bila ingin membuang air besar ia pergi ke
kuburan kemudian buang air di atasnya sehingga mengganggu orang-orang meninggal
dengan najis dan bau busuknya. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Dan aku tidak peduli,
apakah aku buang air besar di tengah kuburan atau di tengah pasar” (HR Ibnu
Majah, 1/499, Dalam Shahihul Jami’ 5038).
Artinya, keburukan
buang air di kuburan sama dengan buruknya membuka aurat dan buang air besar di
tengah-tengah orang banyak di dalam pasar. Orang yang suka melemparkan kotoran
dan sampah ke dalam komplek kuburan, terutama kuburan-kuburan yang terpencil dan
dindingnya mulai runtuh mereka akan mendapat bagian dari ancaman tersebut. Di
antara adab yang perlu diperhatikan dalam ziarah kubur adalah melepas sandal
dan sepatu saat ingin berjalan di antara sela-sela kuburan.
Ibnu Mas’ud
Radhiallahu’anhu bersumpah dengan nama Allah bahwa yang dimaksud dengan firman
Allah:
“Dan di antara manusia
(ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan
(manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu
olok-olokan, mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan” (Luqman : 6)
adalah nyanyian [Tafsir Ibnu Katsir : 6/333]
Abi Amir dan Abi Malik
Al Asy’ari Radhiallahu’anhu meriwayatkan, bersabda Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam:
“Kelak akan ada dari
umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamar, dan alat-alat
musik” (HR Al Bukhari, Fathul Bari : 10/51)
Dan dalam hadits Anas
bin Malik Radhiallahu'anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Kelak akan terjadi
pada umat ini (tiga hal) : (mereka)
ditenggelamkan (kedalam bumi), dihujani batu, dan diubah bentuk mereka, yaitu
jika mereka minum arak, mengundang biduanita-biduanita (untuk menyanyi) dan
menabuh (membunyikan) musik” [As Silsilah Ash Shahihah, 2203, diriwayatkan Ibnu
Abi Dunya dalam kitab Dzammul Malahi dan At Tirmidzi no : 2212].
Nabi Shallallahu’alaihi
wasallam melarang gendang, lalu menyatakan, seruling adalah suara orang bodoh
dan tukang maksiat. Para ulama terdahulu seperti Imam Ahmad Ibnu Hanbal
Rahimahullah berdasarkan hadits–hadits shahih yang melarang alat-alat musik
secara mutlak telah menetapkan haramnya alat-alat musik seperti kecapi,
seruling, rebab, simbab, dan yang lainnya.
Tidak diragukan lagi,
alat-alat musik modern yang kita kenal saat ini masuk dalam kategori alat-alat
musik yang dilarang oleh Nabi Shallallahu’alaihi wasallam. seperti piano,
biola, harpa, gitar, dan sebagainya. Bahkan alat modern tersebut lebih cepat
mempengaruhi mabuknya jiwa dari pada alat-alat musik zaman dulu yang telah
diharamkan dalam beberapa hadits.
Menurut penuturan para
ulama, di antaranya Ibnu Qayyim, keterlenaan dan mabuknya jiwa akibat pengaruh
nyanyian lebih besar bahayanya dari pada akibat minum arak. Kemudian tak
diragukan lagi, pelanggarannya akan lebih keras dan dosanya akan lebih besar
jika alat-alat musik tersebut diiringi dengan nyanyian, baik oleh biduan atau
biduan wanita. Lalu, bahayanya akan lebih bertumpuk jika untaian kata-kata
syairnya berkisah tentang cinta, asmara, kecantikan wanita atau kegagahan pria.
Karena itu tidak
mengherankan jika para ulama menyebutkan, nyanyian adalah sarana yang
menghantarkan pada perbuatan zina, menumbuhkan perasaan nifak di dalam hati.
Dan secara umum, nyanyian dan musik adalah tema besar zaman ini yang melahirkan
banyak fitnah.
Musibah itu semakin
menjadi-jadi, setelah pada saat ini kita saksikan musik menyelusup setiap
barang dan ruang. Seperti jam dinding, bel, mainan anak-anak, komputer, pesawat
telpon, dan sebagainya.
Saat ini bahkan kita
kenal istilah dakwah lewat musik. Adakah pencampuradukan antara kebenaran dan
kebatilan yang lebih nyata dari ini ?
Untuk menghindari
barbagai hal di atas sungguh memerlukan kekuatan hati yang tangguh.
Mudah-mudahan Allah menjadi penolong kita semua. Amin …..
Periwayatan paling
banyak berikutnya sesudah Abu Hurairah adalah Abdullah bin Umar. Ia
meriwayatkan 2.630 hadits.
Abdullah adalah putra khalifah ke dua Umar bin al-Khaththab saudarah kandung Sayiyidah Hafshah Ummul Mukminin. Ia salah seorang diantara orang-orang yang bernama Abdullah (Al-Abadillah al-Arba’ah) yang terkenal sebagai pemberi fatwa. Tiga orang lain ialah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr bin al-Ash dan Abdullah bin az-Zubair.
Ibnu Umar dilahirkan tidak lama setelah Nabi diutus Umurnya 10 tahun ketika ikut masuk bersama ayahnya. Kemudian mendahului ayahnya ia hijrah ke Madinah. Pada saat perang Uhud ia masih terlalu kecil untuk ikut perang. Dan tidak mengizinkannya. Tetapi setelah selesai perang Uhud ia banyak mengikuti peperangan, seperti perang Qadisiyah, Yarmuk, Penaklukan Afrika, Mesir dan Persia, serta penyerbuan basrah dan Madain.
Az-Zuhri tidak pernah meninggalkan pendapat Ibnu Umar untuk beralih kepada pendapat orang lain. Imam Malik dan az-Zuhri berkata:” Sungguh, tak ada satupun dari urusan Rasulullah dan para sahabatnya yang tersembunyi bagi Ibnu Umar”. Ia meriwayatkan hadits dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Sayyidah Aisyah, saudari kandungnya Hafshah dan Abdullah bin Mas’ud. Yang meriwayatkan dari Ibnu Umar banyak sekali, diantaranya Sa’id bin al-Musayyab, al Hasan al Basri, Ibnu Syihab az-Zuhri, Ibnu Sirin, Nafi’, Mujahid, Thawus dan Ikrimah.
Ia wafat pada tahun 73 H. ada yang mengatakan bahwa Al-Hajjaj menyusupkan seorang kerumahnya yang lalu membunuhnya. Dikatakan mula mula diracun kemudian di tombak dan di rejam. Pendapat lain mengatakan bahwa ibnu Umar meninggal secara wajar.
Sanad paling shahih yang bersumber dari ibnu Umar adalah yang disebut Silsilah adz- Dzahab (silsilah emas), yaitu Malik, dari Nafi’, dari Abdullah bin Umar. Sedang yang paling Dlaif : Muhammad bin Abdullah bin al-Qasim dari bapaknya, dari kakeknya, dari ibnu Umar.
Agama Islam
ISLAM adalah agama yang berasal dari Allah SWT yang
diturunkan melalui utusanya Muhammad saw. Ajaran-ajaran Islam tertuang dalam Al
Quran dan As-sunnah, berupa petunjuk-petunjuk, perintah-perintah, dan
larangan-larangan demi kebaikan manusia. Itulah sebabnya Agama yang diterima di
sisi Allah SWT hanyalah Islam.
“Sungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam.” (QS. 3/Ali Imron: 19) “Barang
siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia
termasuk orang orang yang rugi.” (QS.3/Ali Imron:85) “ Pada hari ini telah aku
sempurnakan agamamu untukmu dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah
Aku ridhoi Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh
Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.” (QS.5/Al Maidah: 3) Yang dimaksud
“terpaksa” dalam ayat tersebut adalah jika dalam keadaan darurat sama sekali
tidak menemukan makanan yang halal maka kita boleh memakan makanan yang
diharamkan sekedarnya.
Memeluk Islam berarti mendapat hidayah.
"Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk
(menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan
orang yang hatinya membatu)? Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu
untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (QS.
39/Az-Zumar: 22) Memeluk Islam juga berarti mengikuti wasiat Nabi Ibrohim As.
"Dan Ibrohim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak¬anaknya, demikian pula
Ya'kub. "Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
(Islam) untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim."
(QS. 2/Al-Baqoroh: 132)
Dalam beragama kita tidak boleh setengah-setengah, melainkan haruslah sepenuhnya. Allah memerintahkan kita agar memeluk agama Islam seutuhnya dan secara ikhlas "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu". (QS. 2/Al-Bagoroh: 208). "Dan (aku diperintah): "Hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan tulus dan ikhlas. Dan jangan sekali-kali kamu termasuk orang musyrik". (QS. 10/Yunus: 105)
Makna Islam
Kata Islam berasal
dari bahasa Arab: aslama, yuslimu, islam. Ditinjau dari segi bahasa, Islam
memiliki beberapa arti :
2.
Islam berarti damai dan kasih-sayang. Maksudnya, agama
Islam mengajarkan perdamaian dan kasih-sayang bagi umat manusia tanpa memandang
warna kulit, agama, dan status sosial. Oleh karenanya Islam tidak membenarkan adanya
penjajahan.
Sampai
saat ini terbukti bahwa, jika umat Islam mencapai jumlah mayoritas dalam suatu
negara, maka umat lain yang minoritas dapat menikmati hidup damai dan sejahtera
karena umat Islam mengulurkan persahabatan dan memberikan kasihsayang.
Sebaliknya, yang sering terjadi, apabila umat Islam menjadi bagian terkecil di
suatu bangsa atau negara maka sering dijadikan bulan-bulanan. Contohnya tragedi
yang pernah terjadi di India, di Pilipina (kaum Islam Moro) dan yang terakhir
di Bosnia awal tahun 1990-an, yakni pembasmian umat Islam oleh umat lain.
3.
Islam berarti selamat, maksudnya Islam merupakan petunjuk
untuk memperoleh keselamatan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Itulah sebabnya salam (kalimat bertegur sapa) dalam Islam adalah
Assalamu'alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh (Semoga Allah melimpahkan
keselamatan dan kesejahteraan-Nya padamu).
Ditinjau dari segi pengertian istilah, menurut Drs. Humaidi Tatapangarsa dalam bukunya Kuliah Aqidah Legkap (Bina Ilmu, Surabaya:1979), Islam memiliki dua macam pengertian: Pengertian khusus dan pengertian umum.
1.
Islam menurut pengertian khusus adalah agama yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad Rosulullah saw.
2.
Menurut pengertian umum, Islam adalah agama yang diajarkan
oleh semua Nabi dan Rosul Allah SWT dari mulai Nabi Adam as. sampai Muhammad
saw. Akan tetapi yang dinamakan Islam itu agama yang masih murni/asli sesuai
yang diajarkan oleh para Nabi dan Rosul. Apabila ajaran tersebut sudah berubah
dari aslinya, seperti yang terjadi pada agama Nasrani/Kristen yang melenceng
dari ajaran Nabi Isa as. dan agama bangsa Yahudi sekarang ini yang melenceng
dari ajaran Nabi Musa as., maka tidak lagi bisa disebut Islam.
Petunjuk bahwa semua Nabi dan Rosul sebelum Nabi Muhammad saw juga mengajarkan Islam dapat ditemui dalam
Al-Qur'an
dan Injil Markus. Ayat-ayat yang menyatakan hal tersebut dalam Al-Qur'an,
antara lain:
1.
Surat 3/Ali Imron: 52. Maka ketika Isa merasakan
keingkaran mereka (Bani Israil), dia bertanya, "Siapakah yang akan menjadi
penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para Hawariyyun (sahabat
setianya) menjawab: "Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada
Allah, dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang muslim".
2.
Surat 3/Ali Imron: 67. "Ibrohim bukanlah seorang
Yahudi, dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus,
muslim, dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik." Yang dimaksud
"lurus" dalam ayat ini adalah jauh dari syirik (mempersekutukan Allah
SWT), dan jauh dari kesesatan.
Allah
SWT mewahyukan ayat ini sebagai bantahan atas anggapan orang Yahudi yang
menyatakan bahwa Nabi Ibrohim adalah golongannya, demikian pula pernyataan
orang Nasrani (Kristen)
3.
Surat 3/Ali Imron: 84. Katakanlah (Muhammad): "Kami
beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan yang
diturunkan kepada Ibrohim, Ismail, Ishaq, Ya' qub, dan anak cucunya,serta apa
yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak
membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan hanya kepada-Nya kami
berserah diri."
4.
Surat 10/Yunus: 84. Dan Musa berkata: "Wahai kaumku,
apabila kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya, jika kamu
benar-benar orang muslim (berserah,diri)."
Ayat-ayat dalam Injil Markus yang menerangkan bahwa semua nabi dan rosul sebelum Nabi Muhammad Saw jugamengajarkan Islam adalah pasal 12 ayat 28-34 seperti yang dikutip oleh Dedy Suardi dalam bukunya Vibrasi TauhidMeresonansi Ke Esaan Tuhan (Remaja Rosdakarya, Bandung 1994). Dalam pasal 12 ayat 28-34 tersurat percakapan Nabi Isa as dengan seorang ahli Taurat, sebagai berikut:
Ayat
28: Maka datanglah seorang ahli Taurat; setelah didengarkannya bagaimana mereka
itu berbalah-balah sedang diketahuinya bahwa Yesus telah memberikan jawab yang
baik, lantas ia menyoal pula, katanya: "Hukum yang manakah dikatakan yang
terutama sekali?
Ayat
29: Maka jawab Yesus kepadanya: "Hukum yang terutama inilah. Dengarlah
olehmu hai Israil, adapun Allah Tuhan kita ialah Tuhan Yang Maha Esa."
Ayat
30: Maka hendaklah engkau mengasihi Allah Tuhanmu dengan sebulat-bulat hatimu,
dengan segenap jiwamu, dengan sepenuh akal budimu, dan dengan segala kuatmu.
Ayat
31: Dan yang kedua inilah: "Hendaklah engkau mengasihi sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri." Maka tiadalah hukum lain yang lebih besar
daripada kedua hukum ini.
Ayat
32: Lantas kata ahli Taurat itu kepadanya: "Ya Guru, amat benarlah segala
kata guru, bahwa Allah itu Esa adanya dan tiada yang lain melainkan Dia."
Ayat
33: Dan hal mengasihi Tuhan sebulat hati, dan dengan sepenuh akal budi, dan
dengan segenap akal jiwa, dan dengan segala kuat, dan lagi mengasihi manusia
seperti diri sendiri, itulah terutama dari segala kurban bakaran dan
persembahan sembelihan.
Ayat
34: Apabila Yesus melihat bahwa ia sudah menyahut dengan bijaksana, berkatalah
ia kepadanya: "Engkau tiada jauh lagi daripada kerajaan Allah. Maka tiada
seorangpun berani menyoal dia lagi."
Seseorang yang memproklamirkan diri memeluk Islam, maka wajib mengamalkan Rukun Islam yang lima, yakni:
1.
mengikrarkan syahadat, secara lisan sekaligus meyakini
dalam hati sebagai kesaksian dan pengakuan atas Tuhan Allah SWT Yang Maha Esa,
dan Kerosulan Nabi Muhammad Saw. Karena itu kalimat syahadat terdiri dari dua
macam:
a. Syahadat tauhid, yaitu pengakuan atas
keesaan Allah SWT
ASYHADU AN-LAA ILAAHA ILLALLAAH(aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah).
ASYHADU AN-LAA ILAAHA ILLALLAAH(aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah).
b.
Syahadat rosul, yaitu mengakui bahwa Nabi Muhammad saw
adalah rosul atau utusan Allah SWT.
WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLAAH (dan aku bersaksi, bahwa Nabi Muhammad utusan Allah SWT).
WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLAAH (dan aku bersaksi, bahwa Nabi Muhammad utusan Allah SWT).
2.
mendirikan sholat wajib yang lima waktu;
3.
mengeluarkan zakat;
4.
melaksanakan puasa; dan
5.
pergi haji, apabila sudah memenuhi syarat yang sudah
ditetapkan.
Keutamaan Berdoa
"Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari ibadah kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam
keadaan hina dina". (TQS. Ghâfir [40]: 60) Pernahkah Anda berpikir mengapa
doa Anda lama sekali dikabulkan, seakan-akan Allah menundanya? Padahal, Allah
telah berjanji bahwa akan selalu mengabulkan doa-doa hamba-Nya yang berdoa
kepada-Nya sebagaimana prinsip doa, yaitu ada empat: Dikabulkan saat itu juga,
dikabulkan di akhirat, ditunda Allah mengabulkannya, dan akan Allah gantikan
dengan yang lebih baik lagi. Itulah janji Allah kepada kita. Berdoa dapat
menjadi andalan kita dalam merubah seseorang dan masyarakat setelah kita
melakukan aktifitas dakwah kepada mereka. Allah Swt adalah yang menentukan
hasil dakwah maksudnya hanya Allah saja yang bisa membukakan hati dan memberi
pentunjuk kepada manusia agar lebih taat kepada syariah Islam. Sebagaimana ayat
dalam Al Qur’an: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku." (TQS. al-Baqarah [2]:
186)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar